Sebagai salah satu ibukota negara dengan tingkat urbanisasi tertinggi di dunia dan kota yang memiliki penghasilan per kapita tertinggi di Indonesia, Jakarta menyajikan berbagai tantangan yang kompleks serta masih berusaha membangun sebuah komunitas yang kohesif dan aktif turut serta mewujudkan Jakarta yang lebih baik.
Oleh karena itu, solusi untuk permasalahan di Jakarta harus lebih efektif dan efisien dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi di semua sektor publik. Dengan demikian, diharapkan lebih banyak hal yang bisa dilakukan untuk Jakarta dengan usaha yang lebih ringan untuk meningkatkan standar hidup serta kesejahteraan warga. Singkatnya, Jakarta perlu menjadi sebuah Smart City.
Dengan munculnya generasi baru di populasi global yang mementingkan dan menuntut solusi pintar dalam setiap aspek kehidupan mereka, maka dibutuhkan kemampuan untuk mencapai standar hidup yang diinginkan sekaligus memastikan pengelolaan sumber daya alam secara bertanggung jawab. Walaupun Jakarta telah mencapai kemajuan yang signifikan di beberapa area, tetapi terdapat sejumlah kesenjangan utama. Dengan melaksanakan solusi tepat dan efektif, kesenjangan ini mungkin dapat menghasilkan sebuah batu loncatan yang berharga dalam perjalanan Jakarta menjadi sebuah smart city.
Proses untuk menjadi smart city merupakan perjalanan yang unik untuk kota manapun, tergantung pada tingkat maturitas dan tantangan spesifik masing-masing kota tersebut. Sebuah kota dapat diklasifikasikan dalam tiga tahap pertumbuhan yaitu kota warisan (legacy city) dengan populasi yang stabil dan infrastruktur yang sudah tertata dengan baik, misalnya London, New York City, dan Tokyo, kota baru (new city) yang sedang mengalami perkembangan dengan perencanaan signifikan, misalnya Dubai, Putrajaya, dan Songdo, dan kota bertransisi (transitioning city) yang karakternya lekat dengan pertumbuhan populasi yang signifikan melalui urbanisasi sehingga menimbulkan tantangan dalam hal infrastruktur, misalnya Bangkok, Jakarta, dan Kota Ho Chi Minh.
Sebagai transitioning city, Jakarta juga menghadapi beberapa tantangan masalah dengan kompleksitas yang signifikan, misalnya isu yang berkaitan dengan perencanaan strategis jangka panjang dan tata kelola pemerintahan, pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat dari populasi penghuni Jakarta, penyeimbangan penyediaan infrastruktur dasar dan infrastruktur smart secara bersamaan, serta tuntutan untuk sumber daya keuangan yang memadai guna mendanai setiap pembangunan dan perbaikan kota.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan suatu pendekatan sistematis dalam penetapan keadaan target (target state) yang jelas dalam suatu periode waktu tertentu, mengidenfikasi kesenjangan utama antara keadaan saat ini (current state) dengan keadaan target, serta mengembangkan dan melaksanakan serangkaian solusi praktis untuk mengatasi kesenjangan tersebut dengan cara yang terintegrasi dan terkoordinasi.
Perjalanan menjadi sebuah Smart City
- Menentukan definisi smart city bagi Jakarta
Beberapa program smart yang mendukung ambisi Jakarta untuk menjadi smart city telah berjalan. Namun untuk dapat melaksanakan transisi yang utuh, Jakarta harus mempunyai visi yang jelas tentang target yang dituju, serta sasaran dan metrik terkait yang nyata, dapat diukur, dan dapat dilakukan.
- Menentukan kondisi tertarget (target state)
Untuk memfasilitasi hal tersebut, digunakan Smart City Wheel Framework, yaitu suatu metodologi yang telah dipraktekkan secara luas untuk menentukan sasaran kondisi yang tertarget dalam proses transisi Jakarta menjadi smart city sebelum tahun 2025. Serangkaian sasaran berkaitan dengan enam kategori smart city yang saling terkait, yaitu smart living, smart mobility, smart governance, smart environment, smart economy, dan smart people, ditetapkan dan diterjemahkan menjadi metrik spesifik untuk 25 subkategori dan 108 penentu yang terkait, ambisius, relevan, terukur, dan dapat dicapai.
- Mengidentifikasi kesenjangan
Kesenjangan dapat diukur dengan cara membandingkan antara keadaan saat ini dengan keadaan target yang diidenfikasi pada masing‐masing kategori smart city.
- Mengusulkan solusi
Dengan pemahaman tentang berbagai kesenjangan antara keadaan Jakarta saat ini dan keadaan yang ditargetkan, langkah selanjutnya adalah perumusan solusi untuk menjembatani kesenjangan tersebut. Untuk memastikan bahwa Jakarta akan mencapai tujuan yang dimaksud, maka cetak biru (blueprint) dan peta pelaksanaan (roadmap) yang komprehensif juga perlu dikembangkan untuk memandu penerapan solusi tersebut.
Comments